Thursday, November 25, 2010 Bersiap Untuk Jazz Goes To Campus ke-33


Jakarta Stage- Fakultas Ekonomi Univesitas Indonesia kembali menyelenggarakan event tahunan mereka untuk ke-33 kalinya. Jazz Goes To Campus (JGTC) akan kembali digelar tanggal 28 November 2010. Pagelaran JGTC yang memasuki tahun ke-33 ini rencananya akan menghadirkan musisi papan atas baik dari dalam maupun luar negeri seperti Maliq n D’Essential, Tokyo Blue (Malaysia),   Mawar Merah Tribute to Slank an All Female Ensamble, Indro Hardjodikoro, Andien, Kua Etnika, Shadow Puppets, Nita Aartsen feat. Anda Bunga, Trio Margie Segers feat. Oele Pattiselano, Jakarta Broadway Team.

Bukan hanya mereka, JGTC tahun ini juga menampilkan musisi yang tengah ditunggu penikmat jazz Indonesia seperti, The Groove Reunion, Andre Harihandoyo, Sketsa, BAG Trio, Endah n Rhesa, Caniday, Klab Jazz Bandung, Ade Irawan feat. Komunitas Jazz Kemayoran, Fortunes Fever, Suddenly September, Madah Bahana UI Marching Band, Voiceless and Soulastic, BSO Band FEUI, JGTC Competition Winners, dan JGTC Children Workshop performance. 

Panitia dari JGTC ditahun ini juga menggelar sejumlah rangkaian acara pendahulu, seperti  JGTC Roadshow  yang tahun ini  menyambangi Semarang dan Bandung. Di Semarang,  panitia  bekerja sama dengan BEM FE UNDIP dan komunitas Jazz Ngisoringin Semarang. Sementara di Bandung panitia menggandeng  komunitas KlabJazz Bandung  dan HIMA Jurnalistik Fikom UNPAD. (ZIZ)


Digg it StumbleUpon del.icio.us

Sunday, November 21, 2010 Ada Heru Shaggy Dog di Album baru Pee Wee Gaskins




Jakarta Stage- Setelah sukses dengan album sebelumnya, band asal Jakarta Pee Wee Gaskins, kembali merilis album mereka yang kedua berjudul Ad Astra Per Aspera. Bertempat di Hanggar Teras Pancoran, kemarin (21/11) band bergenre Pop Punk ini menggelar release party mereka. Bersama band pendukung THIRTEEN, LAST CHILD, SWEET AS REVENGE, dan THE AUTHENTICS, pee wee gaskins sukses menggebrak Pancoran dan sekitarnya.

Dalam album yang berisikan 11 lagu ini, musik yang dibawakan pee wee gaskins masih tidak jauh berbeda dengan lagu-lagu mereka di album pertama. Gaya khas mereka dengan irama yang penuh semangat, masih dapat anda rasakan ketika membeli, dan mendengarakan album ini lewat Audio player anda.

Namun ada sebuah lagu unik yang terdapat dalam album kedua mereka ini. Musisi muda kenamaan Jogja, Heru "Shaggy Dog" didaulat dochi dan kawan-kawan untuk bernyanyi bersama mereka dalam lagu "Aku Bukan Musuhmu". Hadirnya Heru di album Pee Wee Gaskins yang terbaru sekaligus menepis tanggapan miring soal buruknya kekerabatan mereka dengan musisi indie lainnya.

Mau denger album terbaru mereka? langsung cabut aja ke Toko CD terdekat, beli CD originalnya, dan awas jangan beli bajakan! Buat yang lagi tipis dompet, kita punya beberapa lagu canggih dari album baru mereka, selamat mendengarkan :D
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Urbanfest 2010: Pertunjukan Seni Tak Selalu Berorientasi “MONEY”

Sekitar 100 komunitas beraksi dalam acara Urbanfest 2010, acara yang digarap oleh Institut Kesenian Jakarta, Prambors Radio, Kompas Gramedia, dan Taman Impian Jaya Ancol. Kembali dilaksanakan sejak tanggal 20-21 November 2010.

Mengusung tema The Rise of Urbansports Heroes, Urbanfest tahun ini berupaya memotret kehidupan anak muda perkotaan yang penuh dinamika. Tujuan dari diadakannya Urbanfest yang telah menginjak tahun keempatnya ini, tidak lain merangsang anak muda untuk turut berekspresi dan berprestasi

Ada hal unik, jika kita mengunjungi festival kreatifitas yang satu ini. Ketika masuk kita disuguhkan dengan berbagai macam booth dengan sejumlah komunitas kreatif dan sejumlah bazar murah. Yang menarik, kesederhanaan amat terlihat di festival ini, design panggung yang santai, stand dengan design yang unik, membuat jarak antara pengunjung, panitia, dan acara tiada terasa.

Tidak perlu mengeluarkan sepeserpun uang untuk mengunjungi festival ini. Cukup membayar Rp.9500 sebagai pengganti tanda masuk Ancol, anda dapat bebas berkelana di Pasar Seni, sebagai lokasi Urbanfest tahun ini.


Untuk live music, Urbanfest tahun ini menghadirkan 71 band indie ternama, yang bermain di 5 stage berbeda. Di hari pertama kemarin Cuts, The Adams, Killing Me Inside, sampai Monkey to Millionare telah tampil. Sementara di hari kedua (21/11) Rocket Rockers, The Milo, The Trees and The Wild, serta Endank Soekamti siap menghangatkan Pasar Seni, Taman Impian Jaya Ancol (Fikri El Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Wednesday, November 17, 2010 Foto Tokyo Police Club Concert
















Digg it StumbleUpon del.icio.us

Tokyo Police Club Goyang Kartika Expo

Jumlah penonton yang menyaksikan Tokyo Police Club berbanding terbalik dengan band pembuka (The S.I.G.I.T & Slank) yang justru lebih ramai.

JAKARTA STAGE - Sebelum acara puncak berlangsung The S.I.G.I.T & Slank dipercaya pihak promotor untuk membuka acara. The S.I.G.I.T mendapat kesempatan pertama membuka acara tersebut dan kemudian diikuti Slank.

Antusiasme para penonton yang hadir membuat The S.I.G.I.T tampil bak kesetanan, sehingga sebelas lagu yang dimainkannya menjadi terasa begitu cepat. Lagu “Black Amplifier” diikuti hempasan gitar oleh farri berhasil menjadi penutup yang spektakuler dari aksi Rekti dkk, setelah sebelumnya sukses total membawakan sepuluh lagu untuk membuka acara konser Tokyo Police Club.

Setelah band beraliran Rock/Blues ini turun dari panggung, barulah teriakan para Slankers terdengar hingga kepenjuru ruangan Kartika-Expo. Tepat pukul 22.22 WIB Slank mengawali penampilan mereka dengan hits “Bang-bang Tut” yang pastinya membuat seluruh isi ruangan semakin bergetar, terutama para Slakers mania. Kaka yang tampil tanpa balutan baju memberikan histeria tersendiri bagi para penonton.

Satu-persatu lagu mereka nyayikan dengan bertubi-tubi hingga penonton pun tak sempat untuk merapihkan lengan baju dan berdiam sejenak, hingga sampai pada lagu akhir mereka yaitu “SBY”. Tak lama setelah Bimbim dkk menyudahi aksinya diatas panggung, satu persatu para penonton yang hadir meninggalkan ruangan konser. Hingga penonton yang tersisa tak sampai separuh dari ruangan tersebut.

Meski demikian Tokyo Police Club tetap tampil ngotot didepan para penonton yang sedang menyaksikan penampilan mereka. Alhasil lagu pertama yang dibawakan mereka “Favourite Colour” terlihat ampuh membangkitkan semangat penonton yang tersisa. David Monks dkk tetap tampil agresif disela-sela lagu yang mereka bawakan. Band yang beranggotakan Dave Monks (vokal, bass), Graham Wright (kibord), Josh Hook (gitar) dan Greg Alsop (drum) ini juga sempat berkali-kali menyapa penonton yang berada didepannya.

Total delapan belas lagu sukses dibawakan oleh Tokyo Police club, dan diakhiri dengan lagu “Your English”. Tak hanya itu, performa mereka juga dibarengin oleh kolaborasi apik oleh Rekti (The S.I.G.I.T) dan Abdee(Slank) dengan lagu “My Name is Jonas” milik Weezer.

Kabarnya, konser sepi dikarenakan nama sampai sat ini Dave Monks belum begitu tersohor di telinga penikmat musik Indonesia. Meski demikian, kesepian itu sepertinya tak menggangu penampilan Tokyo Police Club, di Tokyo Police Club Concert garapan Promotor Trilogy Live, mereka tetap dapat bersikap professional dalam menghibur para penonton yang hadir di konser mereka. (Farhan)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Event Organizer Ikut Beraksi di Senandung Untuk Negeri

Jakarta Stage- Bukan cuma musisi dan manejemnnya yang punya peran besar dalam konser Charity yang bertajuk Senandung Untuk Negeri Minggu (14/11). Beberapa Event Organizer juga tak ingin ketinggalan bertasipasi dalam penggalangan dana untuk rekan-rekan di Merapi, Wasior, dan Mentawai ini.

Trilogy Live jadi promotor pertama yang beraksi di Senandung Untuk Negeri. Promotor yang hari itu juga tengah sibuk menggelar konser Tokyo Police Club, band indie asal Kanada. Sukses melelang 50 tiket Tokyo Police Club Concert di siang hari-nya. Siang itu, tiket mereka hanya dibandrol dengan tarif 100 ribu per-tiket.

Lain trilogy, lain Originial Production. Promotor yang tengah sibuk mempersiapkan kedatangan band legendaris Iron maiden ini melelang 2 tiket nonton + meet and greet Iron Maiden. Dengan proses panjang akhirnya pengacara muda, Arif Juliano berhasil memenangkan proses pelelangan tiket tersebut. “Tiket ini saya persembahkan untuk isteri saya dirumah.” ujar Arif Juliano. (El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Senandung Untuk Negeri: Bentuk Kepedulian Musisi Untuk Negeri


Jakarta Stage- Minggu 14 November 2010 jadi hari yang paling spektakuler untuk para musisi Indonesia. Saat puluhan musisi berkumpul bersama, bernyanyi, dan melelang barang-barang mereka.

Hard Rock Cafe EX Plaza Indonesia, jadi tempat yang disepakati puluhan musisi papan atas untuk bergabung dalam Charity yang bertitled SENANDUNG UNTUK NEGERI. Charity garapan Adib Hidayat, Managing Editor Rolling Stone ini berhasil mengumpulkan dana sebesar 427 juta rupiah, 500 US dollar, 152 US Sing, 30 Pound, 2000 Won Korea.

Dalam konser ini tampil puluhan musisi label dan indie yang berbaur dalam satu panggung, seperti Slank, Naif, /rif, D’Massiv, Bangkutaman, Pandji, J-flow, dan berbagai artis lainnya. Konsep acara sederhana yang ditawarkan panitia, membuat penonton yang hadir dapat menikmati musik dan beramal bersama.

Tidak ketinggalan lelangan barang dari para musisi tanah air antara lain Otong “KOIL”yang melelang sepatunya, Girng Nidji yang melelang kostum yang ia kenakan saat launching album ke-3 di malaysia, sampai Arman Maulana yang melelang gitar legendarisnya kepada Staff khusus Kepresidenan Andi Arief yang juga datang malam itu.(El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Friday, November 5, 2010 My Cheimical Romance: The Black Parade is Dead!

JAKARTA STAGE- Mereka muncul kembali dengan semua yang serba baru. Album yang akan dirilis 22 November nanti, akan menjadi perhatian bagi dunia musik Internasional. Danger Days: The True Lives Of The Fabulous Killjoys menjadi album keempat mereka sejak berdiri tahun 2001 silam di New Jersey.

Nuansa album ini sungguh penuh akan eksplorasi sound emo berbalut punk. “Kami tidak ingin lagi terjbak dengan manisnya The Black Parade dalam album kali ini.” ungkap Gerrad Way, Vokalis My Chemical Romance.

Perlu disimak lagu-lagu berjudul Party Poison, Planetary (GO!), S/C/A/R/E/C/R/O/W, dan Vampire Money diprediksi oleh sang gitaris Ray Toro sebagai lagu andalan mereka. Apalagi track mereka berjudul Vampire Money yang dibuat seusai mereka menolak untuk mengisi soundtrack film Twilight. Musisi-musisi luar seperti Franz Ferdinand, Rolling Stones, dan The Beatles tidak bisa dipungkiri menjadi bagian dari inspirator dalam lagu-lagu mereka di album baru ini.

My Chemical Romance terlahir kembali. Atribut gothic yang menjadi karakter khas mereka pada 3 album sebelumnya ditanggalkan. Mereka Gerard Way (vocalist), Ray Toro (Guitarist), Frank Iero (Guitarist), dan Mikey Way (Bassist) mengubah penampilannya dengan pakaian yang lebih berwarna. Mereka seolah tak takut ditinggal oleh fans atas perubahan ini. Dan mereka menyebut perubahan ini dengan “PEMBERONTAKAN”

Album ini adalah sebuah pemberontakan atas apa yang terjadi pada mereka sebelumnya. Sempat dianggap sebagai biang keladi atas perilaku negatif anak muda di dunia, hingga membuat kejiwaan mereka kacau dengan album The Blac Parade mereka. Hingga mereka memutuskan untuk menghentikan kegiatan bermusik mereka hingga waktu yang tepat.

Tour The Black Parade adalah masa paling sulit yang pernah mereka lalui. Saat mereka harus berpacu dengan jadwal. Frustasi dan kepenatan telah bercampur baur memenuhi kepala mereka. Hingga Gerrad Way memutuskan untuk mengasingkan diri bersama keluarganya untuk menekuni hobi barunya menjadi komikus. Sementara sang drummer Bob Bryar memutuskan untuk cabut pada Maret 2010 lalu.

“Kami terlalu banyak bertemu banyak orang. Kami sangat muak dengan semuanya. Saat tour ini berakhir, kami baru menyadari ternyata Black Parade telah berusia 2 tahun. Benar-benar seperti topi usang.” ujar gitaris mereka Frank Iero

Kini masa sulit itu telah usai. Band ini telah tumbuh lebih dewasa. Buktinya album ini rampung setelah beberapa bulan mereka ditinggal sang drumer.
Kita tunggu saja apakah album kali ini mampu mengobati rindu fans. Kesuksesan album sebelumnya membuat mereka optimis untuk memperoleh kesuksesan pada album ini, meski mereka berharap tak ingin menjengkelkan seperti sebelumnya. The Black Parade is dead. Here we come again, danger days! (FERDI)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Wednesday, November 3, 2010 Gugur Gunung: Charity Musisi Jogja Untuk Indonesia


   
      Lembah UGM dan Liquid Café Jogja jadi saksi kepedulian temen-temen musisi Jogja,Bandung, dan Jakarta. Sebuah konser sosial dan lelang barang diselneggarakan oleh mereka untuk menggalang dana, meringankan korban bencana alam di Indonesia.
      Memberi nama konser mereka dengan sebutan Gugur Gunung. Erik Soekamti, salah satu penggagas konser, menerangkan bahwa charity ini adalah spontanitas teman-teman musisi semata. Saat Merapi melatus di hari pertama, Erik mengajak teman-teman musisi lewat jejaring sosial untuk melakukan sebuah charity. Dan ternyata respon positif terjadi. Tutur Erik yang juga merupakan Vokalis Endak Sokemati Band.
      “Semua info disebar lewat jejaring social, pemberitahuan rapat panitia, peliputan media, sampai update konser Gugur Gunung.” tambah Erik
      Konser Charity Gugur Gunung yang berlangsung 29,30, dan 31 Oktober ini antara lain menampilkan The Viper X, Alline, Trio Oit, Soul Of Pain, Zyggo, Master V, Ketika, Mahatma Rendra, Kijigai, Tabung, Alterego, Rochester, Soudjiro, dan Erwe yang bermain di hari pertama.
Serta Sky N Hopes, Hang Out, Solid, Traffic Easter, Savior, Sinopsis, Jiwa, The Cadenzza, Black Violet,Thinkerbell, Display, Differ,  Monkey Business, Everlong, My Pet Sally, Zues, Jenny Dan Supermario di hari kedua.
      Serta Endank Sekamti, Sheila on 7, Shaggy Dog, Discomojoyo, dan Jasmine bermain untuk hari ketiga di Liquid Café Jalan Magelang, Yogyakarta.
      Bukan hanya konser musik yang disajikan dalam Gugur Gunung, namun terdapat juga sesi lelang barang beberapa musisi kenamaan seperti kain milik Duta Sheila on 7 yang tampil hanya bersama Eros melelangkan Topi kain nya  .Anji Drive menyumbangkan topi dan jaket, Chua “Kotak” menyumbangkan sepatu boots ECCO ukuran 41, Ikmal “TRIAD” menyerahkan drum stick custom, Tantri “Kotak” menyumbangkan mic shure SM58Beta, Ryan “D’Massive” Sepatu Dr. Marteen.
      Melani Subono merelakan kemeja Gerrard Way “My Chemical Romance”, Setlist “Trivium”+ttd, Poster All Time Low+ttd, Internasional “Placebo” ID, Setlis “Kelly Clarkson” w/international sticky pass, T-Shirt “Hello Goodbye”+ttd, buku “Ouch dr Melanie Subono +ttd, Official 311 Tour Book+ttd.
Sepatu Adidas Gazelle ukuran 43 atau 9 milik Adit “Insomnia”, Baju Petir milik Arief “The Super Mario”, Jaket Putih milik Bani “Seventeen”, Sepatu NIKE Blazer ukuran 9 dari Dochi “Pee Wee Gaskin”.
      Tak ketinggalan Edy Khemod “Seringai” melelangkan Sepatu Vans/SK8/Limited ukuran 41, Erik Endang Soekamti melelangkan Rompi Macan, fajar “Alexa” menyumbangkan Mars-Volta-Frances In Mute Plat, Galih “Bagaikan” menyumbangkan DB Percussion 14×6,5 10 lugs snar snappy carbon 128 strap.
      Update terakhir yang dilakukan Erik Soekamti melalui jeajring sosial-nya 1 November 2010, mengabarkan total donasi yang terkumpul selama tiga hari itu adalah Rp.47.074.000,- . Sebuah angka yang tidak lah kecil untuk membantu mereka yang saat ini membutuhkan bantuan yang cepat. Jika para musisi bisa mengumpulkan dana hingga puluhan juta dalam kurun waktu 3 hari, berapakah yang telah donasi yang telah dikumpulkan anggota dewan kita? (Fikri El-Aziz)
                                                                                            
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Ballads of The Cliché: WE LOVE VINTAGE MUSIC


 
Sebuah musik dengan basic pop dibalut dengan nuansa akustik dengan bumbu nuansa pagi yang cerah dan sebatang rokok di tangan. 
                    

Band yang satu ini merupakan sekumpulan anak muda yang memiliki kegilaan pada aliran pop folk. Belum begitu banyak band yang mengusung aliran ini, kelembutan dan lirik santai yang ditawarkan membuat tidak semua lapisan dapat menerimanya.
            Nama Ballads of the cliche sendiri tercetus berdasarkan lagumereka yang berisikan balada-balada suatu idiom-idiom umum yang sering digunakan, dan untuk menstilirisasikan menjadi suatu untaian nada yang harmonis.
Terbentuk di Jakarta pada tahun 2004, Ballads of The Cliché atau lebih di kenal di jejaring social twitter dengan BOTC, memiliki 5 punggawa awal, sampai berkembang, menjadi 8 pasukan luar biasa dengan formasi Bobby Alvianto (Vocals), Ninatika Trimurti (Piano, Vocals), Arafino Zaini (keyboard), Kurniawan Bambang (Acoustic Guitar, Vocals), Dimas Ario (Bass, Acoustic Guitar, Vocals), Frederick Rheinhard (Electric Guitars), Zennis Arrochman (Saxophone), Ferry Hardianto (Drum,Percussion).
            Dengan formasi 8 inti-nya ini BOTC akhirnya mengumpulkan semua stock lagu mereka untuk merangkumnya dalam sebuah album pertama mereka dengan titled: EVERGREEN. BOTC juga sempat tergabung dalam kompilasi Original Soundtrack film “Catatan Akhir Sekolah” garapan Hanung Bramantyo. Lagu mereka yang berjudul “About a Boy” masuk ke dalam album kompilasi bersama musisi indie kenamaan lainnya seperti The S.I.G.I.T dan The Upstairs.
            Tidak salah memang jika kita merasakan nuansa Vintage music ketika mendengarkan lagu-lagu mereka. Alunan gitar akustik yang dominan, dan kesederhanaan yang ditawarkan mereka ketika bernyanyi, membuat kita merasakan keindahan matahari dan perkebunan desa.
Baru-baru ini, Arafino Zaini, keyboardist band ini meninggalkan band karena alasan pribadi. Dia ingin mengejar karir lain di luar bisnis musik. Sekarang, band ini adalah band sepotong tujuh. (Fikri El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

JAKARTA UPCOMING INTERNATIONAL CONCERT

    Siapa yang tak kenal The Temper Trap? band yang bergenre, alternative rock/punk asal Melbourne, Australia yang beranggotakan Dougie pada Vokal, Lorenzo di Gitar, Toby pada Drum dan Jonathon pada Bass. Band yang salah satu lagunya “Sweet Disposition” menjadi soundtrack film Hollywood “500 Days Of Summer”, sekaligus berhasil memenangkan Song of the Year 2010 di APRA Music Award ini berdiri pada 2005 silam. The Temper Trap akan segera memanjakan pecinta musik rock alternatif di Indonesia, seminggu setelah pagelaran konser sepuluh kotanya di United Kingdom.

    Band yang memiliki vokalis bersuara falset asli Manado, Indonesia ini akan segera mendarat di Indonesia 10 November nanti, guna mengunjungi keluarganya di Indonesia (pulang kampung) sekaligus menggelar konsernya di tiga kota besar indonesia yaitu, Denpasar, Jakarta dan Bandung.

   Pada kali ini Jakarta mendapat giliran kedua setelah Denpasar yang berkesempatan menjamu kehadiran band asal Australia ini, tepatnya pada 12th november di Tennis Indoor Senayan, Jakarta. "The Temper Trap akan manggung pertama kali di Denpasar pada Rabu, 10 November 2010, kedua di Jakarta Jumat, 12 November 2010 bertempat di Tennis Indoor Senayan, dan ketiga di Bandung Sabtu, 13 November 2010 di Eldorado,” ujar Kay Tadjoedin perwakilan dari Ismaya live di Puro Lounge, City Plaza, Jakarta Selatan.

    Kabarnya pihak Ismaya live selaku promotor acara ini membandrol harga tiket Rp 325.000,- untuk festival dan Rp 250.000,- untuk tribun. Harga tersebut untuk konser di Jakarta, sedangkan untuk di Bandung harga tiket Rp 250.000,-. Untuk di Denpasar awalnya akan memakai tempat di Hard Rock Café, tapi melihat respon penonton yang sangat antusias Ismaya Live akan mencari tempat lain yang bisa menampung lebih banyak penonton. Harga ini sudah termasuk bonus yang diberikan oleh promotor, yaitu “Nonton The Temper Trap gratis nonton James Yuill (Fathan Efhal)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Intermezzo: Musisi dan Humanisme


      Segenap rakyat Indonesia turut merasakan kepedihan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Mentawai dan Merapi.
      Beberapa saat setelah bencana terjadi, Indonesia tanggap bencana dengan mengumpulkan bantuan. Berbagai komunitas dan instansi di seluruh negeri menyediakan wadah bagi para penyumbang.
      Hal serupa juga dilakukan oleh pekerja musik tanah air. Konser amal yang bertemakan gugur gunung menampilkan musisi-musisi Yogyakarta. Perlu diacungi jempol memang. Tindakan mereka ini menunjukan kepedulian mereka terhadap korban bencana Mentawai dan Merapi. Tak seperti mereka para wakil rakyat.
      Hasil yang didapat dari konser amal tersebut didedikasikan bagi para korban yang tengah kesulitan dipengungsian. Dana yang dikumpulkan bukan sekedar hasil dari konser saja. Musisi yang menetap di Ibu Kota juga melakukan tindakan peduli sesama. Pelelangan barang kesayangan mereka juga ditujukan untuk mereka.
      Memang, bantuan sekecil apapun mampu meringankan penderitaan mereka. Sudahkah kita mengulurkan tangan. Tunggu apa lagi, saatnya bergerak.


EDITOR IN CHIEF
Ferdiansyah Fajrin
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Thursday, October 28, 2010 Histeria Vampire Weekend di Bengkel


JAKARTA STAGE- Tepat pukul 20.30, Monkey to millionare yang didaulat sebagai opening act Vampire Weekend Concert, mengakhiri pertunjukannya. Itu berarti waktunya acara puncak dari konser ini telah tiba. Gemuruh penonton memanggil-manggil nama pujaan hati mereka satu persatu Ezra Koenig (Vokal,Gitar), Chris Balo (Bass), Rostam Batmanglij (Gitar,Istrumen), Chris Tomson (drum). Namun setelah ditunggu hampir 30 menit lebih, personil dari Vampire Weekend tak juga keluar dari balik panggung.
Penonton yang telah memadati Bengkel Night Park, SCBD Sudirman pun dipaksa harus bersabar untuk menunggu pujaan mereka keluar. Entah sebuah strategi atau memang terjadi sedikit trouble pada alat musik.
Tapi yang pasti, seperti yang Jakarta Stage saksikan malam itu, saat satu persatu personil Vampire Weekend keluar, benar-benar menjadi klimaks dari penantian para penonton, sejak sore hari. Mereka tidak lagi bisa menahan diri untuk berteriak sekencang-kencangnya dan bernyanyi bersama.
Vampire Weekend membuka konser mereka dengan single terbaru mereka Holiday dan White Sky. Ligthing sempurna yang di tampilkan oleh sang promotor dari trilogy live, menambah semangat penonton untuk terus bergoyang hingga show berakhir. Sedikit berbeda dengan konser band internasional lainnya, tata panggung yang di sajikan promotor terlihat sederhana, namun itu bukan menjadi persoalan ketika performance Vampire Weekend pada malam itu begitu luar biasa.
Berturut-turut setelah itu Vampire Weekend membawakan lagu-lagu lama mereka seperti “”I Stand Corrected”, “M79”,”Bryan”, dan “ Cape Cod Kwasa Kwasa”.  Vampire Weekend menutup konser mereka malam itu pukul 22.15. Bukan berlebihan namun penampilan mereka malam itu, memang patut di acungi jempol. Enerjik, namun tetap sederhana, sesuai dengan konsep indie yang mereka bawa. (Fikri El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Dendangan indah Marsya bersama Monkey to Millionare

You’re asking ’bout
A boyfriend and girlfriend things

Into our late night conversations
You sounded like, you’re so interested
So i feel like i wanna share it with you

              JAKARTA STAGE- Itulah penggalan lirik yang didendangkan Monkey to millionare bersama Marsya, gadis cantik yang digandeng Monkey to millionare untuk menyanyikan lagu Strange is the song in our the conversation mereka. Saat lagu ini dimainkanlah, tim media dari Vampire Weekend concert 2010 baru mengizinkan rekan-rekan pers untuk masuk. 
             Marsya yang malam itu berkostum serba hitam bernyanyi dengan begitu  indah, berada diposisi tengah diantara Wisnu (vokal,gitar) dan Agan (bass) Monkey to Millionare. Gadis cantik ini bernyanyi dengan berlenggak-longgok dengan manjanya, bersama penonton yang telah memadati Bengkel Night Park, sejak pukul 19.00 WIB.
             Monkey to millionare yang di set sebagai band pembuka konser vampire weeknd malam itu, sukses menggoyang penonton yang kebanyakannya adalah kaum hawa. Menutup show dengan lagu mereka yang berjudul Replika. Wisnu,Agan,dan Emir (drum) melemparkan beberapa botol aqua ke arah penonton, dan Emir melanjutkannya dengan melemparkan sepasang stick drum ke arah penonton sambil berlalu ke balik panggung. (Fikri El Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Gugun Blues Shelter: TRIO BLUES INTERNASIONAL


DI TENGAH MINIMNYA MUSISI BLUES YANG LAHIR DI NEGERI INI. MEREKA HADIR MEMBAWA ANGIN SEGAR, BUKAN HANYA DI INONESIA, BAHKAN SAMPAI MENJELAJAHI DUNIA.

JAKARTA STAGE- Kangen dengan music blues Indonesia? Atau masih mencari-cari, dimanakah band-band Indonesia yang konsisten memainkan musik ber-genre blues? Mungkin band yang satu ini bias jadi solusinya. Trio Blues yang digawangi oleh Gugun (Vokal, Gitar), John Armstrong alias Jono (Bass) dan Adityo Wibowo, alias Bowie (Drum) bagaikan angin segar dalam kancah blues yang tampak sekarat Asia hari ini. Dipengaruhi oleh seperti Jimi Hendrix, Stevie Ray Vaughn, Bettie Davies, dan Led Zeppelin antara lain, band ini memaksa penggemar musik banyak memperhatikan kuat, tanpa cacat genre-crossing perpaduan antara blues yang menggabungkan pengaruh dari rock, funk, dan jiwa. Dipimpin oleh Gugun, Gugun & Blues Shelter telah merilis empat album "et G T ia Bug" (2004) "Turn it On" (2007), “Set My Soul on Fire” (2009), serta “Gugun Blues Shelter” (2010). Album "Turn It On" terpilih sebagai salah satu album Indonesia terbaik tahun 2007 oleh Roll-ing Stone Indonesia Magazine dan Gugun tercatat sebagai salah satu pemain gitar paling menjanjikan lokal oleh Maga zine-sama. Pada tahun yang sama, Majalah Trax di Indonesia juga memilih Gugun sebagai pemain gitar terbaik di Asia Tenggara. Gugun Blues Shelter tidak hanya menarik perhatian dari pecinta musik lokal saja. Band ini juga mendapat perhatian dari penggemar Eropa, Gugun Blues Shelter pernah megikuti, Belfast Sungai Big Blues dan Jazz Festival 2008 dan bermain beberapa tanggal empat-minggu UK tour di kota-kota seperti Burnley, Scarborough, dan Crewe. Karena resepsi baik, tur ini diperpanjang ke kota-kota lain seperti Leeds, Oxford, York, Rotherham, dan memuncak dalam festival lain, "Colne Great British R n 'B Festival" di pinggiran Manchester. Di Asia, Gugun Blues Shelter pernah bermain beberapa tanggal di Malaysia pada tahun 2008, berpartisipasi dalam Singapore Art Festival pada tahun yang sama, serta di festival besar Indonesia seperti Festival Java Jazz dan Jak Jazz Festival. Baru-baru ini, Gugun & Blues Shelter baru saja menyelesaikan pertunjukan di negeri kelahirannya. Antara lain di di event Java Rock’in Land 2010, serta Jakarta Blues Festival yang diselenggarakan oleh perusahaan rokok terbesar di negeri ini. (Fikri El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Arti Sebuah Film Horor di Negeri Ini


BANYAK FILM HOROR BERMUNCULAN DI NEGERI INI, SEMAKIN HARI, SEMKAIN MENJAMUR, MENYERAMKANKAH FILM TERSEBUT?

            JAKARTA STAGE- Mengharapkan studio bioskop kita dipenuhi oleh film-film yang berkualitas, sepertinya masih menjadi harapan jangka panjang untuk kita penikmat film tanah air.
            Genre yang tidak menentu, jelas dapat menipu, bahkan merusak pandangan penonton akan klasifikasi film sendiri.
            Seperti yang terjadi pada genre horror perfilm-an Indonesia yang tidak lagi dihuni oleh film-film bernuansa seram. Melainkan suasana pornoaksi lah yang terasa ketika  menyaksikannya.
            Entah ketidakpahaman atau starategi pasar yang membuat para produser, sutradara, dan kru film lain dapat mengatakan produksi film yang mereka buat merupakan sebuah film horor. 
            Jelas amat disayangkan, ketika film hrror di luar sana telah berbicara dengan efek suara, grafik gambar, dan ketegangan film.  Negeri ini justru masih menjual leukuk tubuh wanita, dan adegan erotis, sebagai bagian inti dari film horror yang mereka buat.
            Dari segi pasar, membuat film horror seperti ini jelas sangat menguntungkan sang produser. Modal yang dikeluarkan tidaklah besar. Mungkin hanya bermodal villa (sebagai set rumah hantu), artis yang mau diajak beradegan erotis, serta beberapa artis baru (tarif yang pasti jauh lebih murah) untuk menjadi pemeran pendukung.
            Coba bandingkan dengan film yang mengambil setting jauh di pedalaman. Keuntungan sama, tetapi modalnya jauh berbeda. (Fikri El-Aziz)
Digg it StumbleUpon del.icio.us
Powered by Blogger.
 
Copyright 2010 JAKARTA STAGE MUSIC
Carbon 12 Blogger template by Blogger Bits. Supported by Bloggermint