Tuesday, April 5, 2011 The Milo: Sekelumit Cerita Tentang Album Yang Tertunda

    Band yang berdomisili di Bandung ini, pada dasarnya bermain di jalur pop untuk memudahkan mereka yg awam dengan istilah shoegaze.
   Tapi siapa sangka band yang mengawali kancah di belantika musik lewat Album Let Me Begin ini punya sedikit cerita unik di pembuatan Album kedua mereka. Proses rekaman mereka yang amat panjang, ternyata menyimpan cerita yang unik, hilangnya data- data rekaman mereka sampai dua kali berturut-turut menjadi alasan utama Album Kedua mereka Photograph tertunda sejak enam tahun yang lalu.
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Baby Eat Crackers: Berawal Dari ITB

  Dari persahabatan antara Rangga Muslim (vokal, gitar), Ken Paramayudha (gitar), Kushandari Arfani Dewi (vokal), dan Aryo Bangundityo (perkusi) bertemu dalam ingkaran musik-penghargaan di Kampus ITB.
  Setelah beberapa pertunjukan, Pierre bergabung dengan band sebagai pemain bass.Mulai dari cinta pribadi mereka untuk musik format akustik, band ini dibentuk sebagai proyek "setelah-sekolah-penyegaran" Karena latar belakang musik yang berbeda anggota, Baby EatsCrackers tidak membawa satu genre tertentu.


www.twitter.com/babyeatcrackers
www.myspace.com/babyeatscrackers
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Festival Sinema Perancis 2011

“Tahun ini, kami menyoroti tiga gaya Perancis dalam komedi romantis ,” kata Fréderic Alliod, selaku Atase Audiovisual Kedutaan Perancis.


Festival Sinema Perancis di Indonesia kembali hadir. Sekali lagi, Kedutaan Perancis menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan film-film terbaru Perancis bertaraf internasional ke hadapan penonton Indonesia. Untuk edisi ke-16 ini, Festival akan memutarkan 21 film pada 8 April hingga 1 Mei 2011 di Jakarta, kemudian in Balikpapan, Yogyakarta, Denpasar, Surabaya dan Bandung.
“Festival ini adalah kegiatan kebudayaan dimana penonton Indonesia dapat berinteraksi dengan kebudayaan Perancis melalui film-film. Tahun ini, kami menyoroti tiga gaya Perancis dalam komedi romantis untuk memperlihatkan bahwa film-film Perancis juga segar, lucu, dan menghibur,” kata Fréderic Alliod, selaku Atase Audiovisual Kedutaan Perancis. Ketiga komedi romantis ini – L’Arnacoeur (Heartbreaker), La chance de ma vie (Second Chance), dan Il reste du jambon? (Bacon On The Side) akan diputar di dua lokasi Festival yaitu: FX Platinum XXI/FX lifestyle X'enter dan Blitzmegaplex Grand Indonesia.
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Tuesday, March 22, 2011 Bersiap Untuk Teraskustik #22 !

Bulan Maret ini Firefolksteam kembali hadir dengan Teraskustik #22. Akan digelar pada Sabtu 26 Maret 2011 di Amphiteater Teraskota,BSD City. Dalam chapter kali ini mereka ingin bercerita dan memberi sebuah kisah kepada kalian tentang issue-issue yang sangat cepat silih berganti yang membuat kita selaku bangsa Indonesia merasa bingung akan hal tersebut. Dari issue wikileaks, yang membeberkan kawat rahasia Negara kita, hingga teror bom berbentuk buku sampai yang terbaru, Barbarian bersorban hendak menyerang para pelaku Music Underground. Mungkin semua telah didesign oleh designer yang sangat handal yang telah membuat Negara kita menjadi terbelakang, dan hanya berkutat di sekitar ini saja. Berhenti Omong Kosong adalah tema singkat mereka akan siap angkat, Jangan sampai kelewatan, catat di notes telpon genggam kalo perlu, 26 Maret 2011 langsung dari Teraskota BSD!
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Morfem Goyang Superbad!

Gak ada crowd surfing, gak ada moshing, gak ada dansa dansi. Yoa. Inilah Superbad. Dalam bar vintage penuh tulisan absurd, semua orang datang hanya untuk menikmati musik. Duduk minum di bar. Sedikit obrolan kecil dengan kawan. Sing a long. Dan bagi musisinya, gak ada sound check, langsung colok dan main. Dekat akrab, intim, ketawa, kadang terharu (walau agak gengsi memperlihatkannya). Benar-benar santai. Bertepuk tangan, dan jangan lupa, klakson rotinya net not not :P

Bangga sekali Morfem di undang main di Superbad oleh Indra Ameng dan Keke Tumbuan. Apalagi malam itu kami bermain bersama Melancholic Bitch (Jogja), Everybody Love Irene, dan Goodnight Electric. Gila, semuanya berkarakter. Morfem bermain sebagai pembuka. Penting sekali. Walau acara santai kami gak mau bermain setengah setengah.

Tapi entah kenapa tiba-tiba gue ingin ke wc sebelum naik pentas. Gak biasa-biasanya ada ritual buang hajat sebelum beraksi. Selesai flush gue naik ke lantai dua lagi, dan langsung naik pentas. Kita sikat pembukaan dengan “Pilih sidang atau berdamai”. Sound butut ala Superbad membuat lagu ini makin selebor. Berturut-turut kita mainkan Who Stole My Bike, jalan Tikus dan cover version Search and destroy milik Iggy and The Stooges. Juga dua cover version velvet Underground “ I’m Set Free dan Femme Fatale”. Mantaff.

Sebelum lagu berikut. Jimi bercerita sejenak tentang lagu yang akan di mainkan. Karena sumber ide banyak yang datang malam itu. Seperti bagaimana oom Leo tidur di bawah tangga, di dalam bathtub kering, Malau, seorang aktor yang tidur di atas keeping vcd porno, Asung yang tertidur di atas tumpukan benda di dalam gudang…yoa, berikutnya sudah pasti kita akan memainkan “Tidur Di manapun, Bermimpi kapanpun”.

Dan akhirnya, malam itu Morfem menutup penampilannya dengan lagu “Gadis Suku pedalaman” dengan reportoar panjang, sepanjang-panjangnya. Karena Jason Tedjakusuma dateng bersama kencannya, sempat jimi mentranslate refrain ke bahasa Inggris. Dan….gagal total ha ha ha. Sing along refrain di selip dengan cerita tentang hilangnya sahabat di Berau, Kalimantan. Sedikit ironi terlontar. Tawa kawan bernyanyi bersama. Dan berakhirlah lagu dengan raungan gitar dan drum yang bergumul bebas di kompori bass. Hah! Puas ☺ Tepuk tangan, dan klakson roti net net not not. Yeaaaahhh kita main di Superbad!

Special Thanks: Indra Ameng, Keke Tumbuan, Dimust Madness di meja mixer, dan hasief Ardiansyah yang mengabadikan dengan alat perekam wartanya. (Jimi Multhazam)
Digg it StumbleUpon del.icio.us

Saturday, March 19, 2011 Iya! Koin Sastra!


Tempat ini keren,  sejarah sastra Indonesia bisa tersajikan secara apik. Berdiri sejak tahun 1982, Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin (PDS HB Jassin) mengumpulkan, menyusun dan mengarsipkan secara rapi. Perkembangan gaya dan siapa saja tokoh penggerak sastra dari era ke era bisa tampak disana. Tentunya begitu membanggakan, saat kita tahu di tahun-tahun lampau pemikiran dunia sastra bergejolak begitu marak. 

Karya-karya itu corong perekam cerita Indonesia. Kita bisa mengenal keindahan indonesia, dilematika dan penyelesaian masalah masyarakat di jamannya, melalui setumpuk karya sastra yang duduk manis di PDS HB Jassin. Bahkan, berjuta gagasan berkumpul dan mendorong secara terselubung penyempurnaan generasi dari sebuah bangsa.
 
Belum cukup pentingkah semua itu, sehingga ada beberapa kaum, yang menganggap sepele keberadaannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, mencintai budaya yang terkandung di dalamnya. Kebutuhan kita terhadap karya sastra tidak bisa dianggap remeh temeh. Merawat halaman demi halaman kisah Indonesia adalah sebuah kewajiban, bukan sebuah nilai semu, ini adalah warisan bangsa, tempat kita belajar untuk menghadapi problematika yang ada saat ini.
Bilamana uang dijadikan kambing hitam, untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan budaya. Kita kaum intelektual muda sudah saatnya untuk membuat sejarah baru. Kebangkitan budaya, bukan budaya pragmatis, namun budaya realistis, dimana kepedulian adalah harga yang harus dibayar mahal.

Wacana penutupan Pusat Dokumentasi Sastra HB. Jassin membuat para sastrawan Indonesia menangis, mereka adalah anak Indonesia yang sangat cinta Indonesia, gemar bercerita dan membanggakan keberagaman Bhinneka. Lalu apa yang harus kita lakukan? Berkoar di sosial media dan membuatnya menjadi trending topic? Gerakan kepedulian sangat dibutuhkan disini, menghimpun sisa-sisa empati dari hati yang sudah bosan dengan media yang penuh basa-basi. Mari kita buat media sendiri , sematkan jari antar sesama lalu merapat membuat gerakan penyelamatan PDS HB Jassin dari keterancaman. Sebarkan semangat karena kita sebagai manusia yang berbudaya, tidak ingin cerita yang tersusun rapi diluputkan dari segala ingatan. Manusia berbudaya sadar darimana dia berasal dan sejarah merekam perjalanan bangsa. Senyumlah, mari merapat dan satukan sepakat untuk koin sastra (Intan Anggita Pratiwi)

Digg it StumbleUpon del.icio.us

Thursday, March 17, 2011 Armada Racun: Antara Noise dan Post Punk


Adalah Freddy Hadiyanto (vocal-bass), Fuad Danar Sucipto (rhytm bass), dan Nadya Hatta (keyboard) yang sepakat membentuk sebuah band pada akhir tahun 2006. Bosan dengan aktifitas music mereka yang sebelumnya, mereka berhasil memformulakan sebuah ramuan yang kemudian mereka namakan Armada Racun.

Kedekatan para personelnya dengan dunia seni rupa membawa mereka untuk tampil di beberapa acara pembukaan pameran kawan-kawan perupa dan juga beberapa acara kesenian seperti Festival Kesenian Yogyakarta XIX dan Jogja Biennale IX. Dari situ tawaran main di beberapa panggung yang lebih umum mulai berdatangan, mulai dari main di beberapa gigs, acara kampus sampai beberapa pentas music lokal. Hal ini membuat nama Armada Racun menjadi semakin akrab dengan scene music dan seni rupa Jogja. Perlahan namun pasti nama Armada Racun pun menjadi semakin diperhitungkan. Sampai akhirnya pada tahun 2008 lalu, sebuah event berskala internasional seperti Java Rockin’ Land pun sukses mereka racuni.

Menggambarkan musik Armada Racun memang sangat rumit dan unik. Tidak ada yang tahu pasti apa aliran dan genre mereka. Beberapa mengatakan post punk. Beberapa lainnya mengatakan noise. Dan bahkan beberapa mengatakan new wave atau juga acid punk.

Suara-suara bising dan lugas dari double bass berpadu dengan sentuhan harmonis dari keyboard yang tampak anggun, ditambah lirik-lirik sederhana yang kritis dan cerdas, menjadi kombinasi mematikan dari band yang sampai saat ini masih (dan) selalu menggunakan additional drummer ini. Pembunuh yang elegan dan eksotis. Mendengarkan music mereka sama saja merelakan diri kita untuk dibius, sama seperti adegan film di mana sang tokoh utama tiba-tiba terbangun dan menemukan tubuhnya sudah tak bernyawa. Tak salah jika mereka menyebut music mereka sebagai red rock poison. Merah. Rock. dan beracun!

Dan kali ini, Armada Racun akan tampil dengan album perdana mereka yang bertitel “La Peste” di bawah bendera Lil’fish Records. Konsep La Peste sendiri terinsipirasi dari wabah penyakit pes di Prancis pada tahun 588 Masehi. Wabah yang disebarkan oleh tikus ini menyebar luas sampai ke dataran-dataran di Eropa dan mengakibatkan hampir 25 juta warga Eropa meninggal dunia. Bencana yang menjadi salah satu bencana terbesar sepanjang sejarah umat manusia ini menginspirasi para personel Armada Racun untuk menganalogikan music mereka sebagai tikus-tikus kecil yang siap menyebarkan wabah ke telinga anda.

Album yang sempat tertunda dari bulan Desember tahun lalu ini berisikan 11 track di dalamnya. Lagu-lagu di dalamnya berisi tentang tema-tema social dan kehidupan sehari-hari kita dibungkus dengan music dan lirik khas Armada Racun. “Mati Gaya” dipilih menjadi single di album ini. Lagu yang menggambarkan fenomena musisi-musisi paruh baya, yang selalu mati gaya ketika kehabisan suplemen.

Beberapa single lain juga patut kita simak seperti Boys Kissing Boys, yang seakan menantang fenomena homo phobia dalam masyarakat kita. Atau “Drakula” yang memaparkan realita saling “menggigit dan menghisap” di Negara kita. Dalam beberapa lagu lain seperti I’m Small, Train’s Song dan Beautifull Dream, Armada Racun memasukkan sedikit nuansa music Eropa di dalamnya. Kita seakan-akan diajak berjalan-jalan di trotoar jalanan kota Paris, sambil sedikit flashback mengenang para korban wabah pes di kota tersebut. Sebuah album yang nampaknya memang akan mewabah.

Ketika ditanya harapannya mengenai album ini, sang vokalis, Freddy Hadiyanto menjawab, “Kami tidak berharap banyak, mengingat kami hanya tikus-tikus kecil yang muncul dari got-got dan sisa hasil pesta di kota Anda.” Sebuah sinyal bahaya dari rombongan tikus dari Jogjakarta yang siap menyebarkan wabah La Peste ke telinga anda.(Armada Racun)
Digg it StumbleUpon del.icio.us
Powered by Blogger.
 
Copyright 2010 JAKARTA STAGE MUSIC
Carbon 12 Blogger template by Blogger Bits. Supported by Bloggermint